Keutamaan Sholat Dhuha dan Tata Cara Melaksanakannya

Keutamaan sholat dhuha ada banyak sekali, terlebih masalah rezeki, akan tetapi niatkan shalat semata-mata karena Allah SWT, agar kita di sayang Allah, bila Allah sudah Sayang kepada Hambanya apa saja yang dia mintak akan diberikan. Kebanyakan umat Muslim melaksanakan shalat ini karena punya keinginan atau ingin rezekinya dilancarkan oleh Allah. Pada dasarnya, shalat duha merupakan salah satu shalat sunnah yang dilaksanakan pada pagi hari, lebih tepatnya di waktu dhuha. Waktu ini adalah ketika matahari mulai naik dari peraduannya kurang lebih sebanya 7 hasta sampai menjelang waktu dzuhur.

Meskipun begitu, ada beberapa anjuran yang menyebutkan bahwa shalat dhuha ini lebih baik dilakukan pada akhir waktu dhuha.

Dalam sebuah riwayat hadits dikatakan:

“Shalatnya banyak orang yang bertaubat adalah ketika berdirinya anak gamal karena teriknya matahari”.  (HR Mukmin)

Meskipun baik awal waktu maupun akhir waktu, shalat dhuha ini tetap mempunyai banyak keutamaan. Untuk pelaksanannya pun tidak jauh berbeda dengan shalat fardu pada umumnya. Dilakukan minimal 2 rokaat sampai maksimalnya sebanyak 12 rakaat.

Dalam pengerjaannya, shalat sunnah ini dimulai dengan membaca niat:

“Usholli sunnatadh dhuhaa rokataini mustaqbilal qiblati adaaan lillaahi taaalaa.”

Yang artinya: “Aku niat salat sunnah dhuha dua rakaat menghadap kiblat saat ini karena Allah Taala.”

Shalat dhuha termasuk salah satu dari shalat sunah yang dianjurkan. Terdapat banyak dalil, baik dari Al-Qur’an maupun hadits yang menegaskan keutamaan shalat dhuha. 

Syekh Zainuddin Al-Malibari dalam Fathul Mu’in menjelaskan sebagai berikut.

   ويسن الضحى لقوله تعالى "يسبحن بالعشي والإشراق" قال ابن عباس صلاة الإشراق صلاة الضحى. روي الشيخان عن أبي هريرة رضي الله عنه قال : أوصاني خليلي بثلاث: صيام ثلاثة أيام من كل شهر، وركعتي الضحى، وأن أوتر قبل أن أنام 

Artinya, “Shalat dhuha disunahkan berdasarkan firman Allah SWT, ‘Bertasbih bersama dia di waktu petang dan pagi.’ Ibnu Abbas menafsirkan shalat isyraq adalah shalat dhuha. Bukhari-Muslim juga meriwayatkan hadits dari Abu Hurairah yang mengatakan bahwa ‘Rasulullah pernah berwasiat tiga hal kepadaku: puasa tiga hari dalam setiap bulan, shalat dhuha dua raka’at, dan witir sebelum tidur.’” Wasiat Nabi tersebut tidak hanya khusus bagi Abu Hurairah, tetapi berlaku untuk seluruh umat Nabi Muhammad SAW karena di dalam hadits lain disebutkan shalat dhuha memiliki banyak keutamaan dan hikmah. 

Di antara hikmah shalat dhuha ialah sebagai berikut. Ampunan Dosa Dalam hadits riwayat At-Tirmidzi dan Ibnu Majah dijelaskan bahwa orang yang membiasakan shalat dhuha dosanya akan diampuni oleh Allah SWT, meskipun dosa tersebut sebanyak buih di lautan. Rasulullah bersabda sebagai berikut.

     من حافظ على شفعة الضحى غفرت له ذنوبه وإن كانت مثل زبد البحر 

Artinya, “Siapa yang membiasakan (menjaga) shalat dhuha, dosanya akan diampuni meskipun sebanyak buih di lautan.” (HR At-Tirmidzi dan Ibnu Majah) 

Tidak Dianggap Orang Lalai Setiap orang tentu tidak ingin dianggap sebagai orang lengah ataupun lalai dalam hal mencari rahmat Tuhan. Salah satu cara agar terhindar dari sifat lalai adalah mengerjakan shalat dhuha. Rasulullah bersabda sebagai berikut. 

        من صلى الضحى ركعتين لم يكتب من الغافلين

 Artinya, “Orang yang mengerjakan shalat dhuha tidak termasuk orang lalai,” (HR Al-Baihaqi dan An-Nasa’i). 

Dhuha sebagai Sedekah Rasulullah bersabda sebagai berikut.

         يصبح على كل سلامي من أحدكم صدقة، وأمر بالمعروف صدقة، ونهي عن المنكر صدقة، ويجزئ عن ذلك ركعتان يركعهما من الضحي 

Artinya, “Setiap pagi, ruas anggota tubuh kalian harus dikeluarkan sedekahnya. Amar ma’ruf adalah sedekah, nahi mungkar adalah sedekah, dan semua itu dapat diganti dengan shalat dhuha dua raka’at,” (HR Muslim). 

Selain tiga hikmah di atas, masih banyak hikmah shalat dhuha yang disebutkan dalam hadits Nabi. Shalat Dhuha biasanya dikerjakan ketika matahari sudah mulai naik seukuran tombak, atau kisaran jam 7 pagi, sampai tergelincirnya matahari. Minimal raka’at shalat dhuha adalah dua raka’at dan lebih utama dikerjakan sebanyak delapan raka’at.

Diampuni Segala Dosa

Dosa merupakan ganjaran yang kita dapat setelah melakukan kesalahan  yang bertentangan dengan syariat. Biasanya, dosanya ini bisa berupa dosa-dosa kecil bahkan dosa besar. Pada dasarnya, manusia adalah tempatnya untuk berbuat dosa dan berbagai kesalahan.

Baik yang disengaja atau tidak disengajai. Bahkan, banyak juga umat Islam yang tetap melakukan maksiat meskipun dirinya tahu bahwa yang dilakukannya bisa berdosa.

Meskipun begitu, Allah adalah Tuhan yang Maha Pengampun. Sebanyak apapun dosa hamba-Nya, jika mereka mau bertaubat dan tidak mengulangi semua kesalahannya, maka dosa mereka pun akan diampuni.

Apalagi, banyak sekali cara yang bisa mengantarkan umat manusia untuk menebus dosa-dosanya tersebut. Salah satunya dengan melaksanakan shalat dhuha.

Seperti yang disebutkan dalam hadits:

“Siapa saja yang membiasakan (menjaga) sholat dhuha, dosanya akan diampuni meskipun sebanyak buih di lautan.” (HR. At-Tarmidzi).

Sudah jelas sekali, bahwasannya keutamaan shalat dhuha bisa menjadi perantara Allah mengampuni dosa hamba-Nya. Meskipun dosa itu sangat banyak, sebanyak buih di lautan, Allah masih tetap bermurah hati untuk mengampuninya.

Dibuatkan Rumah di Surga

Semua umat Islam pastinya ingin masuk surga.  Bahkan banyak orang yang berlomba-lomba melakukan kebaikan dan amalan shaleh agar bisa mendapat jaminan surga dan bisa ditempatkan di tempat terbaik di sisi Allah. Salah satu keutamaan dari mengerjakan shalat dhuha rupanya bisa menjadikan kita masuk ke dalam surga.

Bahkan, dengan shalat sunnah ini kita bisa dibuatkan rumah di sana. Hal ini sesuai dengan hadits:

“Barang siapa yang (melaksanakan) shalat dhuha sebanyak empat rakaat dan empat rakaat sebelumnya, maka ia akan dibangunkan sebuah rumah di surga.” (Shahih al-Jami’ No. 634)

Tak hanya dibuatkan rumah di surga saja, bahkan kita pun sudah pasti akan dibukakan pintu surga. Seperti yang dijelaskan dalam hadits berikut:

“Sesungguhnya di dalam surga terdapat sebuah pintu bernama pintu Dhuha. Apabila Kiamat telah tiba maka akan ada suara yang berseru, ‘Di manakah orang-orang yang semasa hidup di dunia selalu mengerjakan shalat Dhuha? Ini adalah pintu buat kalian. Masuklah dengan rahmat Allah Subhanahu Wata’ala,” (HR. At-Thabrani).

Dicukupkan Rezeki

Di dunia, rezeki sangatlah beragam. Rezeki inilah yang bisa membantu setiap manusia untuk bisa hidup dengan nyaman. Meskipun begitu, rezeki ini pun tidak terbatas pada harta dan kekayaan saja. Melainkan kesehatan hingga keluarga yang shaleh pun merupakan salah satu bentuk dari rezeki.

Kebanyakan masyarakat seringkali meminta kecukupan rezeki. Hal itu bukanlah masalah, karena memang setiap manusia membutuhkan. Bagi Anda yang ingin mencukupkan rezekinya di dunia maupun di akhir, cobalah untuk rutin melaksanakan shalat dhuha. Seperti pada hadits berikut:

“Wahai anak Adam, janganlah engkau luput dari empat rakaat di awal harimu, niscaya akan Aku cukupkan untukmu (rezeki)  di sepanjang hari itu.” (HR. Ahmad).

Dalam hadits dijelaskan, bahwasannya Allah akan mencukupkan rezeki seseorang yang mau melaksanakan shalat dhuha empat rakaat. Bahkan rezekinya akan terus mengalir di sepanjangan hari ketika paginya orang tersebut melakukan shalat dhuha.

Terhindar dari Sifat Lalai

Sebaik-baiknya manusia adalah orang yang mau bertaubat pada Allah, mengakui kesalahannya, dan tidak mengulangi kembali segala kesalahannya. Ketika kita melakukan kesalahan, maka wajib untuk kita bertaubat kepada Allah. Untuk melakukannya, Anda bisa dengan melaksanakan shalat dhuha. Seperti dalam hadits berikut:

“Tidaklah seseorang selalu mengerjakan shalat Dhuha kecuali ia telah tergolong sebagai orang yang bertaubat.” (HR. Hakim).

Tak hanya itu, melakukan shalat dhuha pun bisa menjadi tanda bahwa seseorang bukan termasuk orang yang lalai. Seperti hadits yang berbunyi:

“Barangsiapa yang shalat Dhuha dua rakaat, maka dia tidak ditulis sebagai orang yang lalai. Barangsiapa yang mengerjakannya sebanyak empat rakaat, maka dia ditulis sebagai orang yang ahli ibadah. Barangsiapa yang mengerjakannya enam rakaat, maka dia diselamatkan di hari itu. Barangsiapa mengerjakannya delapan rakaat, maka Allah tulis dia sebagai orang yang taat. Dan barangsiapa yang mengerjakannya dua belas rakaat, maka Allah akan membangun sebuah rumah di surga untuknya,” (HR. At-Thabrani).

Mendapat Pahala Sedekah

Seperti yang kita tahu, sedekah merupakan salah satu amalan yang dicintai oleh Allah. Banyak sekali cara yang bisa kita lakukan untuk bersedekah dan mendapatkan pahalanya. Bahkan, meskipun kita tidak punya banyak harta, namun banyak cara yang bisa kita lakukan untuk bersedekah. Salah satunya dengan melakukan shalat dhuha. Pasalnya, dengan melakukan shalat dhuha, kita sudah bisa mendapatkan pahala seperti bersedekah.

Hal ini pun dijelaskan di dalam sebuah hadits yang berbunyi:

“Hendaklah masing-masing kamu bersedekah untuk setiap ruas tulang badanmu pada setiap pagi. Sebab tiap kali bacaan tasbih itu adalah sedekah, setiap tahmid adalah sedekah, setiap tahlil adalah sedekah, setiap takbir adalah sedekah, menyuruh kepada yang ma’ruf adalah sedekah, mencegah yang mungkar adalah sedekah. Dan sebagai ganti dari semua itu, maka cukuplah mengerjakan dua rakaat sholat Dhuha,” (HR Muslim)

Mendapat Pahala Haji

Haji, merupakan salah satu ibadah wajib yang dilakukan oleh umat Islam yang sudah mampu melaksanakannya. Bahkan, haji pun merupakan salah satu dari rukun Islam. Meskipun begitu, tidak semua orang bisa melaksanakan ibadah tersebut dan mendapatkan pahalanya. Hal ini dikarenakan, untuk melaksanakan ibadah haji perlu banyak hal yang harus dipersiapkan. Baik mental, hingga materi yang tidak sedikit.

Meskipun demikian, ada satu cara yang bisa mengantarkan Anda untuk mendapatkan pahala haji. Salah satunya adalah dengan melakukan shalat dhuha. Dalam salah satu hadits dijelaskan bahwasannya, dari Anas ra:

“Barangsiapa yang mengerjakan shalat fajar (shubuh) berjamaah, kemudian ia (setelah usai) duduk mengingat Allah hingga terbit matahari, lalu ia shalat dua rakaat (Dhuha), ia mendapatkan pahala seperti pahala haji dan umrah; sempurna, sempurna, sempurna.”

Dari riwayat tersebut, sudah jelas sekali dikatakan bahwa orang yang duduk mengingat Allah lalu melakkan shalat dhuha meskipun hanya 2 rakaat saja, pahalanya sudah sangat sempurna bahkan setara dengan pahala orang-orang yang melakukan haji juga umroh.

Sunnah Rasulullah

Seperti yang kita ketahui, mengerjakan segala hal perkara sunnah adalah kebaikan dan bisa mengantarkan kita untuk mendapat pahala yang banyak. Begitu pun ketika mengerjakan shalat sunnah dhuha yang mana merupakan salah satu Sunnah Rosul dengan banyak keistimewaan dan kebaikan yang didapatkan.

Sayyidah Aisyah Radhiyallahu ‘anha ditanya oleh Mu’adzah: “Berapa rakaat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengerjakan shalat Dhuha?” Dia menjawab : “Empat rakaat dan bisa juga lebih, sesuai kehendak Allah”

Riwayat tersebut menjelaskan bahwasannya Rasul senantiasa melaksanakan shalat dhuha sebanyak empat rokaat. Bukankah apapun yang dilakukan oleh Rosul adalah sunnah yang bisa dikerjakan oleh umatny?

Bentuk Taubat Sesungguhnya

Seperti yang kita ketahui, manusia adalah tempatnya berbuat banyak kesalahan. Bahkan, dosa-dosa pun tidak luput dilakukan. Maksiat tetap dijalankan walaupun diri tahu bahwa itu adalah perbuatan yang tidak diperbolehkan.

Ketika kita melakukan kesalahan dan dosa, maka langkah yang harus kita lakukan untuk mendapat rahmat Allah kembali tentunya dengan bertaubat. Taubat yang dengan sebenar-benarnya dan tentunya sungguh-sungguh.

Ada salah satu keutamaan dan pahala ketika kita melakukan shalat dhuha. Salah satunya adalah shalat dhuha merupakan salah satu bentuk taubat kita kepada Allah. Hal ini sesuai dengan hadist yang berbunyi:

“Hanya orang yang bertaubat yang memelihara shalat dhuha karena shalat dhuha adalah shalatnya orang-orang yang bertobat.” (HR. Ibnu Khuzaiman dan Hakim)

Menjadi Orang Beruntung

Siapa yang tidak ingin menjadi orang yang beruntung disetiap urusannya? Orang yang beruntung tentunya adalah orang yang sudah diridhai setiap langkahnya oleh Allah. Tidak semua orang bisa mendapat keuntungan ini. Namun, Anda bisa mendapatkan keberuntungan dengan melakukan shalat dhuha.

Hal ini tercantum dalam sebuah hadits:

“Barangsiapa yang berwudhu’, kemudian masuk ke dalam masjid untuk melakukan shalat Dhuha, dia lah yang paling dekat tujuanannya (tempat perangnya), lebih banyak ghanimahnya dan lebih cepat kembalinya.” (Shahih al-Targhib: 666)

Hal itu menjelaskan, bahwasanya siapa saja yang melakukan shalat dhuha, di masjid, maka ia akan dekat sekali dengan ghanimah atau keberuntungan.

Dipermudah Segala Keinginannya

Keutamaan lain dari pelaksanaan shalat dhuha ini adalah kita bisa dengan mudah mendapatkan apa yang kita inginkan. Bukan menjadi rahasia, dan bahkan umat Islam pun percaya bahkan sudah terbukti bahwasannya shalat dhuha bisa mempermudah hajat. Misalnya saja ketika kita ingin rezeki kita lapang, tubuh kita sehat, hingga didekatkan dengan jodoh sekalipun.

Dengan melaksanakan shalat dhuha, apa yang kita inginkan semakin dipermudah urusannya sesuai dengan kehendak dan ketetapan Allah. Dengan catatan, shalat tersebut benar-benar ditujukan untuk Allah. Dilakukan dengan ikhlas semata-mata hanya untuk mengharap ridha Allah. Jika Allah sudah ridha, maka apapun akan jadi lebih mudah.

Dengan beberapa kelebihan dan keutamaan melaksanakan shalat dhuha ini, tentu kita akan semakin sadar bahwasannya shalat dhuha banyak mengantarkan kita pada kebaikan. Tak hanya kebaikan, namun juga pahala yang bisa mengantarkan kita menuju tempat terbaik di Surga.

Untuk itu, yuk biasakan diri mengerjakan shalat dhuha. Agar segala dosa diampuni, dan segala urusan dipermudah atas izin Allah.


Bacaan Doa Shalat Dhuha

Sesudah sembahyang, kita dianjurkan untuk berdoa. Untuk sembahyang Dhuha, para ulama mengajarkan kita doa khusus. Doa ini dianjurkan dibaca sesudah sembahyang Dhuha. Semoga dengan doa ini Allah mengabulkan permintaan kita. Berikut ini doanya.

 اَللَّهُمَّ إِنَّ الضُّحَاءَ ضُحَاؤُكَ وَالبَهَاءَ بَهَاؤُكَ وَالجَمَالَ جَمَالُكَ وَالقُوَّةَ قُوَّتُكَ وَالقُدْرَةَ قُدْرَتُكَ وَالعِصْمَةَ عِصْمَتُكَ اَللَّهُمَّ إِنْ كَانَ رِزْقِي فِي السَّمَاءِ فَأَنْزِلْهُ وَإِنْ كَانَ فِي الأَرْضِ فَأَخْرِجْهُ وَإِنْ كَانَ مُعْسِرًا فَيَسِّرْهُ وَإِنْ كَانَ حَرَامًا فَطَهِّرْهُ وَإِنْ كَانَ بَعِيْدًا فَقَرِّبْهُ بِحَقِّ ضُحَائِكَ وَبَهَائِكَ وَجَمَالِكَ وَقُوَّتِكَ وَقُدْرَتِكَ آتِنِي مَا آتَيْتَ عِبَادَكَ الصَّالِحِيْنَ اَللَّهُمَّ بِكَ أُصَاوِلُ وَبِكَ أُحَاوِلُ وَبِكَ أُقَاتِلُ  ثُمَّ يَقُوْلُ رَبِّ اغْفِرْ لِي وَارْحَمْنِي وَتُبْ عَلَيَّ إِنَّكَ أَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيْمُ 

Allâhumma innad dhuhâ’a dhuhâ’uka, wal bahâ’a bahâ’uka, wal jamâla jamâluka, wal quwwata quwwatuka, wal qudrata qudratuka, wal ‘ishmata ishmatuka. Allâhumma in kâna rizkî fis samâ’i, fa anzilhu. Wa in kâna fil ardhi, fa akhrijhu. Wa in kâna mu‘siron, fa yassirhu. Wa in kâna harâman, fa thahhirhu. Wa in kâna ba‘idan, fa qarribhu bi haqqi dhuhâ’ika, wa bahâ’ika, wa jamâlika, wa quwwatika, wa qudratika. Âtinî mâ âtaita ‘ibâakas shâlihîn. Allâhumma bika ushâwilu, wa bika uhâwilu, wa bika uqâtilu. Rabbighfir lî, warhamnî, watub ‘alayya. Innaka antat tawwâbur rahîm. 

40 atau 100 kali. 

Artinya, “Tuhanku, sungguh waktu dhuha adalah milik-Mu. Yang ada hanya keagungan-Mu. Tiada lagi selain keindahan-Mu. Hanya ada kekuatan-Mu. Yang ada hanya kuasa-Mu. Tidak ada yang lain kecuali lindungan-Mu. Tuhanku, kalau rezekiku di langit, turunkanlah. Kalau berada di bumi, keluarkanlah. Kalau sulit, mudahkanlah. Kalau haram, gantilah jadi yang suci. Bila jauh, dekatkanlah dengan hakikat dhuha, keagungan, kekuatan, kekuasaan-Mu. Tuhanku, berikanlah aku apa yang Kau anugerahkan kepada hamba-hamba-Mu yang saleh. Tuhanku, dengan-Mu aku bergerak. Dengan-Mu aku berusaha. Dengan-Mu, aku berjuang. Tuhanku, ampunilah segala dosaku. Turunkan rahmat-Mu kepadaku. Anugerahkanlah tobat-Mu untukku. Sungguh Engkau maha penerima tobat, lagi maha penyayang.” 

Untuk doa di paragraf terakhir, kita dianjurkan membacanya sebanyak 40 atau 100 kali. Keterangan perihal doa sembahyang Dhuha ini bisa ditemukan di kitab I‘anatut Thalibin, Darul Fikr, Beirut, juz I, halaman 225.


Ketentuan Waktu Utama Shalat Dhuha 

Waktu shalat Dhuha sebenarnya adalah mulai matahari terbit seukuran satu tombak sampai waktu zawâl sebagaimana telah disebutkan. Namun demikian, ada waktu yang lebih utama yaitu ketika terik matahari telah terasa panas. Dalam fiqih disitilahkan dengan rumus: ‘setelah melewati seperempat siang’ (dihitung dari awal subuh). Kira-kira mulai sekitar jam 9 pagi. Imam Muslim meriwayatkan:

   عَنْ زَيْدِ بْنِ أَرْقَمَ رضي اللهُ عنه: أَنَّهُ رَأَى قَوْمًا يُصَلُّونَ مِنَ الضُّحَى، فَقَالَ: أَمَا لَقَدْ عَلِمُوا أَنَّ الصَّلاَةَ في غَيْرِ هذِهِ السَّاعَةِ أَفْضَلُ؟ إِنَّ رَسُولَ اللهِ ﷺ قَالَ: صَلاَةُ الأَوَّابِينَ حِيْنَ تَرْمَضُ الْفِصَالُ (رواه مسلم)   

Artinya: “Diriwayatkan dari Zaid bin Arqam radliyallahu ‘anh, sungguh ia pernah melihat segolongan orang melakukan shalat Dhuha, lalu ia berkata: ‘Tidakkah kalian tahu, bahwa shalat dalam waktu ini lebih utama? Sungguh Rasulullah ﷺ bersabda: ‘Shalat kaum awwâbîn (shalat Dhuha) adalah saat kaki anak-anak unta merasakan panasnya bumi karena terik matahari’” (HR Muslim; lihat Abu Zakariya Yahya bin Syaraf an-Nawawi, Syarhun Nawawi ‘alâ Shahîh Muslim, [Bairut, Dâr Ihyâ’it Turâtsil ‘Arabi, 1292 H], juz VI: 30).   

Hikmah shalat Dhuha pada waktu utama ini adalah agar setiap seperempat siang tidak kosong dari shalat. Seperempat siang pertama ada shalat Shubuh, seperempat siang kedua ada shalat Dhuha, seperempat siang ketiga ada shalat Dhuhur, dan seperempat siang keempat ada shalat Ashar. (Muhammad bin Umar Nawawi al-Jawi, Nihâyatuz Zain fi Irsyâdil Mubtadi-în, [Bairut, Dârul Fikr), halaman 102).


Rakaat dan Bacaan Surat Shalat

Dhuha sunnah dilakukan dengan dua rakaat salam. Batas minimalnya adalah dua rakaat, sedangkan batas maksimalnya adalah 12 rakaat. Adapun surat yang sunnah dibaca setelah surat al-Fatihah adalah surat as-Syamsu dan ad-Dhuha, atau surat al-Kafirun dan al-Ikhlas. Atau lebih utama digabung, rakaat pertama membaca as-Syamsu dan al-Kafirun, kemudian rakaat kedua membaca ad-Dhuha dan al-Ikhlas. Kemudian untuk rakaat-rakaat berikutnya surat al-Kafirun di rakaat pertama dan al-Ikhlas di rakaat kedua. (Ad-Dimyathi, Hâsyiyyah I’ânatut Thâlibîn, juz I, halaman 255).   

Tata Cara, Niat, dan Doa Shalat Tahajud dapat dilaksanakan sebagaimana shalat-shalat sunnah lainnya, yaitu dua rakaat salam sebagaimana berikut:  

Niat di dalam hati bersamaan takbîratul Ihrâm. Untuk memantapkan niat, sebelumnya bisa melafalkan niat shalat Dhuha berikut:

 أُصَلِّيْ سُنَّةَ الضُّحَى رَكْعَتَيْنِ لِلّٰهِ تَعَالَى 

Ushallî sunnatad dhahâ rak‘ataini lillâhi ta‘âlâ. 

Artinya, “Saya niat shalat sunnah Dhuha dua rakaat karena Allah ta’ala.”   

Selanjutnya melaksanakan gerakan dan bacaan shalat sebagaimana umumnya sampai salam setelah dua rakaat.   

Setelah salam atau selesai seluruh shalat kemudian membaca beberapa doa sebagai berikut:   

Doa pertama

:   اَللّٰهُمَّ إِنَّ الضَّحَآءَ ضَحَاءُكَ، وَالْبَهَاءَ بَهَاءُكَ، وَالْجَمَالَ جَمَــالُكَ، وَالْقُوَّةَ قُوَّتُكَ، وَالْقُدْرَةَ قُدْرَتُكَ، وَالْعِصْمَةَ عِصْمَتُكَ. اَللّٰهُمَّ إِنْ كَانَ رِزْقِيْ فِي السَّمَآءِ فَأَنْزِلْهُ، وَإِنْ كَانَ فِي الْأَرْضِ فَأَخْرِجْهُ، وَإِنْ كَانَ مُعْسَرًا فَيَسِّرْهُ، وَإِنْ كَانَ حَرَامًا فَطَهِّرْهُ، وَإِنْ كَانَ بَعِيْدًا فَقَرِّبْهُ، بِحَقِّ ضَحَاءِكَ وَبَهَاءِكَ وَجَمَالِكَ وَقُوَّتِكَ وَقُدْرَتِكَ آتِنِيْ مَآ أَتَيْتَ عِبَادَكَ الصَّالِحِيْنَ   

Allâhumma innad dlahâ’a dlahâ’uka, wal bahâ’a bahâ’uka, wal jamâla jamâluka, wal quwwata quwwatuka, wal qudrata qudratuka, wal ishmata ishmatuka. Allâhuma in kâna rizqî fis samâ’i fa anzilhu, wa inkâna fil ardhi fa akhrijhu, wa inkâna mu’siran (mu‘assaran) fa yassirhu, wa in kâna harâman fa thahhirhu, wa inkâna ba‘îdan fa qarribhu, bi haqqi dlahâ’ika wa bahâ’ika wa jamâlika wa quwwatika wa qudratika, âtinî mâ atayta ‘ibâdakas shâlihîn.   

Artinya, “Wahai Tuhanku, sungguh dhuha ini adalah dhuha-Mu, keagungan ini adalah keagungan-Mu, keindahan ini adalah keindahan-Mu, kekuatan ini adalah kekuatan-Mu, dan penjagaan ini adalah penjagaan-Mu. Wahai Tuhanku, jika rejekiku berada di atas langit, maka turunkanlah; jika berada di dalam bumi, maka keluarkanlah; jika dipersulit, mudahkanlah; jika (tercampur tanpa sengaja dengan yang) haram, sucikanlah; jika jauh, dekatkanlah; dengan hak dhuha, keelokan, keindahan, kekuatan, dan kekuasaan-Mu, datangkanlah kepadaku apa yang Engkau datangkan kepada para hamba-Mu yang saleh.”   

Doa kedua:

   اَللّٰهُمَّ بِكَ أُصَاوِلُ وَبِكَ أُحَاوِلُ وَبِكُ أُقَاتِلُ   

Allâhumma bika ushâwilu, wa bika uhâwilu, wa bika uqâtilu.   

Artinya, “Dengan-Mu, aku menerjang. Dengan-Mu, aku berupaya. Dengan-Mu, aku berjuang.”

Doa ketiga, dibaca sebanyak 40 atau 100 kali:

    رَبِّ اغْفِرْ لِيْ وَارْحَمْنِيْ وَتُبْ عَلَيَّ إِنَّكَ أَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيْمُ   

Rabbighfir lî, warhamnî, wa tub ‘alayya, innaka antat tawwâbur rahîm.   

Artinya, “Tuhanku, ampunilah aku. Kasihanilah aku. Terimalah tobatku. Sungguh, Engkau Maha Penerima Tobat dan Maha Penyayang.” (Ad-Dimyathi, Hâsyiyyah I’ânatut Thâlibîn, juz I, halaman 255)


----------------------------------

و الله أعلم بالصواب و علمه أتم

And Allah Knows the Right

بَلِّغُوا عَنِّى وَلَوْ آيَةً

“Sampaikanlah dariku walau hanya satu ayat” (HR. Bukhari)

Do'a Kafaratul Majelis

سُبْحَانَكَ اللّٰهُمَّ وَبِحَمْدِكَ أَشْهَدُ أَنْ لَاإلٰهَ إلَّا أَنْتَ أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوْبُ إلَيْكَ.

“Mahasuci Engkau, ya Allah, aku memuji-Mu. Aku bersaksi bahwa tidak ada ilah yang berhak diibadahi dengan benar kecuali Engkau, aku meminta ampunan dan ber-taubat kepadamu.”

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama